Selasa, 29 November 2011

Water Park Widuri

0 komentar
Okey sobat..,di kota tempat tinggalku sendiri, tepatnya di Kota Pemalang ada salah satu wahana air yang ga salah buat dicoba. Adalah Widuri Water Park (WWP) ato kalo orang Pemalang bilang “Waterboom’e Pemalang” merupakan salah satu wahana wisata yang pertama di Pemalang dan di klaim berstandar nasional. WWP sendiri terletak di Objek wisata Pantai Widuri. Dana pembangunan wahana ini menelan anggaran sebesar Rp.31 Miliar dan berdiri di areal seluas 2,5 Hektar. Pembangunannya sendiri dimulai dari tahun 2006 dan diresmikan pembukaannya tanggal 12 Mei 2009. Dengan ticket masuk hanya berkisar Rp.15.000,- pengunjung dapat menikmati beberapa wahana cukup membuat anda merasakan sensasi waterboom berskala nasional. Nah ini beberapa wahana yang ada di WWP.. sok lah diliat…

SPRAY GROUND / WATER PLAYGROUND

Wahana khusus diciptakan untuk menceriakan dan menambah pengalaman anak – anak pada permainan air. Dengan berbagaimacam jenis seluncuran yang disajikan baik itu yang berbentuk terowongan maupun jalan yang diperciki seperti air hujan, membuat mereka enggan untuk beranjak, salah satu yang menarik adalah menara air, dimana tempat berbentuk tokoh kartun yang sewaktu waktu akan menyiram air di bawahnya.

 



WATERGLIDER ( WATER SLIDES )

Bagi anda yang menyukai tantangan, coba yang satu ini. Wahana seluncur, dengan tinggi menara 11 M nerupakan seluncur tertinggi diantara yang lain, wahana yang memiliki tiga seluncur ini, akan memacu adrenalinmu, sambil berlomba dengan teman. Seluncur yang dibuat berkelok – kelok membuat kita seakan menaiki roller coster.

KOLAM ARUS ( LAZY RIVERS )

Sebagai wahana mainan air bagi pengunjung yang ingin melakukan relaksasi setelah seharian menikmati permainan, dengan menaiki pelampung yang disediakan,pengunjung di bawa mengitari areal waterboom selayaknya kapal yang sedang berlayar dilautan, sambil bercengkrama dengan teman dan melihat pemandangan yang indah.

 




 DERMAGA


Sebuah wahana yang dibuat memanjang hingga mencapai ± 250 Meter kearah laut, membuat kita seakan berjalan diatas lautan, sambil memanjakan mata pengunjung akan keindahan laut di pantai Widuri sambil menanti SUNSET atau SUNRISE, atau bagi penggemar memancing. Nantinya wahana ini tidak hanya untuk penikmat pemandangan, tetapi juga akan disediakan kapal dan jetski yang akan menambah petualangan.




Gak jauh dari WWP anda juga dapat menikmati indahnya pantai widuri. Disitu banyak masyarakat sekitar juga para wisatawan dari kota lain ingin menikmati indahnya pantai Widuri. Apalagi kalo sore hari., dibulan-bulan tertentu anda dapat menikmati sunset penuh seperti di bulan juni sampe juli.

Nah disisi timur dari WWP juga disediakan sirkuit road race dan grass track yang juga sering diadakan event-event race berskala nasional maupun regional. Disini pengunjung masih dapat menikmati rimbunnya pepohonan pantai. Cocok banget apabila kita ingin bersantai sejenak bersama teman, saudara, keluarga apalagi muda-mudi yang sedang pacaran., Hehe…. Kalo sobat sudah merasa lapar setelah seharian menikmati wahana air WWP dan menghabiskan waktu sekedar menikmati Pantai, gak usah kawatir.., Di sepanjang pantai berderet rumah makan ato resto yang menyediakan berbagai macam seafood. Tinggal pilih bro,, mau kepiting saus tiram, Rajungan goreng mentega, kakap bakar saus madu, cumi asem manis, gurame, bawal, kerapu.. beserta teman-temannya bakal siap menggoyang lidah sobat., Pokok’e Mak Nyuuusssss……….. Dijamin sob bakal ketagihan lah… Gimana?? Udah ada rencana untuk mengisi skejul anda  minggu ini…??

Sejarah PEMALANG

0 komentar
Sejarah

Pra Mataram


Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesha yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan Syeikh Maulana Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.

Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijkloff van Goens dan data di dalam buku W. Fruin Mees yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Panembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak dari Mataram menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.

Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.

Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram.

Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran ini asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.

Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri.

Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).

Kadipaten bawahan Mataram

Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung. Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.

Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.

Masa Perang Diponegoro

Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.

Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.

Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.

Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan). Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan joglo sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.

Masa kolonial Belanda dan seterusnya

Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan di masa sekarang.

Hari jadi dan sesanti

Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.

Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan Pangeran Diponegoro untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.

Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah Pancasila Kaloka Panduning Nagari, dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751

Minggu, 27 November 2011

Motto Pemalang IKHLAS

1 komentar
Motto Pemalang IKHLAS kecuali mengandung pengertian sebagai tersebut di atas juga merupakan singkatan dari Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar, Aman dan Sehat. Masing-masing kata mengangung arti sebagai berikut :

INDAH
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang elok, bagus, berharga, bernilai keindahan (estetika/artistik) sedap dipandang mata dirasakan dan diresapi lahir dan batin.

KOMUNIKATIF
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang terbuka, mudah berkomunikasi, mudah diajak bicara, mudah dikenal, menyatu luluh terpadu dalam semua gerak pembangunan.

HIJAU
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang gemah ripah loh jinawi penuh dengan hamparan tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan, hijau royo-royo, damai dan tenang.

LANCAR
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang ingin selalu melangkah maju dengan mantap, tanpa ragu-ragu, bebas dari hambatan dan tekanan dari siapa pun juga.

AMAN
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang tata tentrem lahir dan batin, tidak merasa takut atau khawatir, tidak ada ancaman atau rongrongan, serta menciptakan/mewujudkan daya tangkal yang kuat terhadap semua ancaman, tantangan hambatan dan gangguan manapun.

SEHAT
Mengangung arti cita-cita kehidupan yang seimbang sehat jasmani, rohani dan sosial serta masyarakat yang bersemangat tinggi dan bergairah untuk membangun.
Sehat juga mengangung pengertian kesejahteraan lahir dan batin bagi warga masyarakat seluruhnya.

IKHLAS sebagai Motto Pembangunan dalam kegiatan pembangunan merupakan daya dorong (sumber motivasi) yang perlu diresapi dan dilaksanakan, baik oleh orang perseorangan, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian pula motto pembangunan ini perlu diresapi dan dilaksanakan oleh aparatur pemerintah di Kabupaten Pemalang yang terpancar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan.

Kue Kamir khas Pemalang

0 komentar
Kamir, juga ditulis Khamir, adalah makanan khas Pemalang asal negara Arab. Kue ini terbuat dari adonan terigu, mentega, pisang ambon, tape dan telur. Kue kamir ada dua jenis, yaitu kamir beras dan kamir terigu. Dipasaran kota Pemalang lebih banyak kamir terigu karena yang tahan lama sedangkan kamir beras hanya berdasarkan pesanan.Beberapa orang menyebutnya dengan nama Samir.
Bentuk kamir

Kue ini berbentuk bundar, pipih berwarna coklat dan hampir menyerupai kue apem atau serabi tetapi sedikit lebih besar dan bantet. Sedangkan ukurannya bervariasi, yang terbesar sampai sebesar lingkaran piring makan. Sedangkan terkecil sebesar lingkaran mangkok. Ukuran-ukuran itu tergantung pemesannya. Bahkan pernah akan dibuat ukuran raksasa tapi gagal karena tidak matang secara merata.
Sejarah

Menurut cerita, orang pertama yang membuat kue kamir adalah seorang warga Arab yang tinggal di Kelurahan Mulyoharjo, yang dikenal juga dengan sebutan Kampung Arab. Nama kamir itu sendiri tidak jelas berasal dari nama apa. Apakah berasal dari kata khamer (bahasa Arab) yang berarti memabukan atau dari nama orang keturunan Arab itu sendiri.

Tetapi yang mendekati kemungkinan adalah nama Kamir berasal dari kata Khamir yang dalam bahasa Arab berarti ragi, dalam proses pembuatan kue kamir ini sebelum dimasak, terlebih dahulu didiamkan semalam agar bisa mengembang dengan sempurna dan tejadinya proses fermentasi




Sumber : Klik

Sintren

1 komentar
Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.
Sejarah

Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.

Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Bentuk pertunjukan

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan bodor (lawak).

Dalam permainan kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh antara lain dalam permainan Sintren, si pawang (dalang) sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.




Sumber : Klik

Dulmatin

1 komentar
Djoko Pitono atau Dulmatin (lahir di Desa Petarukan, Kecamatan Petarukan, Pemalang, 6 Juni 1970 – meninggal di Pamulang, Tangerang Selatan, 9 Maret 2010 pada umur 39 tahun) adalah orang yang dicari Kepolisian Indonesia karena diduga terlibat kasus Bom Bali pada tahun 2002. Nama aliasnya bermacam-macam, seperti Amar Usmanan, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Muktamar, Djoko, Noval, dan terakhir, Yahya Ibrahim. Selain Indonesia, Dulmatin juga menjadi buron di Filipina, Amerika Serikat, dan Australia.

Ia lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara putra pasangan Usman dan Masriyati. Keluarga ini cukup berada. Selepas SMA pada tahun 1992 ia merantau ke Malaysia. Tiga tahun kemudian ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai makelar mobil dan bertani. Dulmatin menikah dengan Istiadah, saudara sepupunya sendiri.

Keterlibatannya dalam kegiatan terorisme terjadi setelah ia berhubungan dengan Abu Bakar Baasyir dan kemudian berkenalan dengan Imam Samudra serta tokoh-tokoh Jamaah Islamiyah lainnya. Dulmatin adalah orang yang merencanakan pelaksanaan pengeboman dua diskotek di Kuta, Bali pada tahun 2002. Setelah itu ia menjadi incaran polisi. Ia dikabarkan pernah terlibat dalam kegiatan terorisme di Pulau Mindanao, Filipina.

Pemerintah Amerika Serikat menyediakan 10 juta dolar AS bagi orang yang dapat memberikan informasi mengenai keberadaannya. Menurut keterangan pemerintah AS dalam pengumuman sayembaranya, Dulmatin adalah ahli elektronika yang pernah berlatih di kamp-kamp Al-Qaidah di Afganistan dan merupakan tokoh senior dalam Jemaah Islamiyah.

Ia pernah dikabarkan tewas dalam serangan udara militer Filipina di Mindanao, Filipina Selatan pada Januari 2005, namun ternyata hal tersebut tidak dapat dikonfirmasi. Pihak militer Filipina kembali mengabarkan bahwa Dulmatin telah terluka dalam sebuah baku tembak di Jolo, Filipina Selatan pada tanggal 16 Januari 2007.

Pada tanggal 9 Maret 2010 Dulmatin tewas pada penggerebekan di Pamulang, Tangerang Selatan.Kepastian diperoleh setelah dilakukan perbandingan ciri-ciri fisik dan diperkuat dengan pengujian sidik jari dan pengujian DNA.




sumber : Klik

Sabtu, 26 November 2011

Nasi grombyang

2 komentar
Nasi grombyang adalah sejenis nasi campur yang merupakan makanan khas dari masyarakat Pemalang, Jawa Tengah. Nama makanan ini berasal dari bentuk penyajiannya, yaitu antara isi dan kuah lebih banyak kuahnya sehingga kelihatan bergoyang-goyang (bahasa Jawa: grombyang-grombyang, artinya "bergoyang-goyang").

Ramuan nasi grombyang terdiri dari nasi, irisan daging kerbau dan kuah, disajikan dalam mangkuk kecil dan dilengkapi dengan sate kerbau. Ciri khas lainnya dari nasi grombyang terletak pada tempat jualannya yang berupa kuali besar, tempat nasi ditutupi dengan kain merah, diserta penerangan remang-remang lampu templok. Pembeli menikmati hidangan dengan duduk di kursi kecil pendek (dingklik).

Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Namun menurut penuturan para orang tua di Pemalang, makanan khas nasi grombyang sudah ada sejak tahun 1960-an. Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap, tetapi berkeliling kampung. Penjual nasi grombyang yang terkenal antara lain H. Warso di Jl. R.E. Martadinata di dekat alun-alun, serta H. Waridin di Sirandu dekat bekas terminal lama Pemalang.




sumber : klik

Pantai Widuri

0 komentar
Pantai Widuri adalah pantai yang terletak di desa Widuri maka itulah dinamakan Pantai Widuri. Masyarakat sekitarnya lebih mengenal dengan sebutan cilincing. Desa Widuri terletak di kecamatan pemalang kabupaten pemalang jawa tengah. sebelah barat adalah kelurahan sugih waras (tanjung sari), sebelah timur desa dana sari, sebelah selatan kelurahan pelutan dan sebelah utara adalah laut jawa.

Nama widuri diambil dari legenda nyi widuri seorang yang cantik jelita yang hidup di desa tersebut. Jika anda sedang berada di ibukota kabupaten pemalang atau tepatnya berada di alun-alun kota maka cobalah anda menghadap utara maka akan terlihat jalan lurus dari depan kabupaten sampai ke pantai widuri. Konon, menurut legenda Pemalang, jalan lurus tersebut dibuat oleh seorang Patih yang sangat sakti yang apabila diperintah, beliau selalu menjawab sampun (sudah terlaksana), kemudian Patih itu dikenal dengan nama Patih Sampun.

Pantai widuri merupakan obyek wisata andalan Kabupaten Pemalang. Pantai ini ramai dikunjungi orang setiap hari libur dan hari raya Idul Fitri, pengunjung bisa tumpah ruah di pantai widuri. Obyek wisata yang ada mulai dari bentangan pantai yang tidak begitu luas, namun di pinggiran pantai banyak ditumbuhi pohon-pohon besar yang sudah berumur puluhan tahun dan terdapat tempat-tempat duduk untuk menikmati keindahan pantai dan menikmati sunrise serta sunset, beraneka ragam tempat wisata kuliner spesial sea food, obyek wisata air Water Boom yang terbaru, arena bermain anak-anak, panggung untuk pagelaran musik, lapangan tenis dan sirkuit balap motor. Obyek wisatanya sendiri dikelilingi oleh tembok tembok pembatas yang mengelilinginya kalau dihitung luas di dalamnya kurang lebih sekitar 10 hektar saja.




Sumber : klik

Comal Pemalang

0 komentar
Pabrik gula Comal (tahun 1904)
Comal adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia.

Kecamatan ini berada di bagian timur Kabupaten Pemalang, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan. kantor kecamatan Comal terletak di Dsn. Balutan, Kel. Purwoharjo. termasuk satu-satunya pasar yang ada daerah comal yaitu pasar Comal juga berada di Desa Purwoharjo, namun sebenarnya Comal juga merupakan nama Sungai didaerah situ. Dibandingkan dengan wilayah Pemalang bagian barat yang menggunakan dialek Tegal, secara kultural ragam Bahasa Jawa yang  dituturkan lebih dekat ke dialek Pekalongan. Salah satu makanan khas Comal adalah apem coklat.

Desa/kelurahan

    1. Ambokulon
    2. Gandu
    3. Gedeg
    4. Gintung
    5. Kandang
    6. Kauman
    7. Kebojongan
    8. Klegen
    9. Lowa
   10. Pecangakan
   11. Purwoharjo
   12. Purwosari
   13. Sarwodadi
   14. Sidorejo
   15. Sikayu
   16. Susukan
   17. Tumbal
   18. Wonokromo

Kuliner

Salah satu kuliner yang terkenal di Comal antara lain seperti nasi tahu dan megono. Nasi tahu di Comal berbeda rasanya ketimbang nasi tahu di daerah lain. Nasi tahu di Comal menggunakan sambal kacang dan hanya berisi tahu beserta sayuran seperti irisan tomat, bawang, tauge, kol, mentimun. Sambal kacangnya juga tidak 'banjir'.

Comal kota Apem adalah sebutan yang sudah akrab ditelinga masyarakat pekalongan dan Pemalang, karena Apem khas Comal tidak terdapat di KOta-kota lain. namun konon bahwa sebenarnya apem itupun tidak diproduksi di Comal, melainkan orang-orang dari Kesesi, Pekalongan yang memproduksinya dan khusus di jual di pasar comal. Alhasil apem comal sekarang menjadi makanan kahs kecamatan Comal.




Sumber : Klik

PEMALANG

0 komentar
Pemalang adalah salah satu kota/kabupaten di provinsi Jawa tengah,Pemalang terletak diantara Pekalongan dan Tegal.Secara geografis Pemalang berada pada 109°17²30¢– 109°40²30¢ Bujur Timur (BT) dan 8°52²30¢–7°20²11¢ Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah 111.500 hektar.bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa,sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga,sisi barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal,dan ujung timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.

SEJARAH PEMALANG
Kabupaten Pemalang genap berusia 435 tahun pada 24 Januari 2010. Dalam usia tersebut tentunya Pemalang mulai berbenah diri dan tambah dewasa. Banyak keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih Kabupaten Pemalang selama ini. Hal ini adalah hasil kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat. Pada peringatan hari jadi kabupaten Pemalang,yang dilangsungkan pada hari Senin tanggal 25 Januari 2010 di Lapangan Sirandu yang diikuti oleh berbagai komponen masyarakat Pemalang. Sebagai Inspektur Upacara adalah Bupati Pemalang Bapak HM. Machroes, SH. Sebelum upacara dilaksanakan dibacakan Sejarah singkat Pemalang sebagai berikut : Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesha yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan syeikh sunan Maulana Magrhibi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W. Fruin Mees yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal. Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal , Pekalongan dan Semarang . Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut. Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak , Cirebon dan kemudian Mataram . Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa . Pangeran ini asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya . Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri . Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit). Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng , Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng , Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung . Seorang tokoh yang sangat anti VOC . Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji- panji Sultan Agung dari Mataram. Pada sekitar tahun 1652 , Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678. Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya . Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang . Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro . Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal , Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang. Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat. Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan). Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan joglo sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah. Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang. Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang. Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan pula dengan tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823 . Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575 . Bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 je diwujudkan dengan Candra Sengkala Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/ wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941. Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah Pancasila Kaloka Panduning Nagari dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/ daerah dengan mempunyai nilai 5751 Geografi Bagian utara Kabupaten Pemalang merupakan dataran rendah, sedang bagian selatan berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Slamet (di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga), gunung tertinggi di Jawa Tengah. Sungai terbesar adalah Kali Comal , yang bermuara di Laut Jawa (Ujung Pemalang). Ibukota kabupaten ini berada di ujung barat laut wilayah kabupaten, berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Pemalang berada di jalur pantura Jakarta – Semarang – Surabaya . Selain itu terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Pemalang dengan Purbalingga . Salah satu obyek wisata terkenal di Pemalang adalah Pantai Widuri . Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis Kabupaten Pemalang terletak antara 109°17 ’30 ” – 109°40 ’30 ” BT dan 8°52 ’30 – 7°20 ’11 ” LS. Dari Semarang (Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 Km ke arah barat, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3 – 4 jam. Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah sebesar 111.530 km², dengan batas-batas wilayah : sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa . sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan . sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal Dengan demikian Kabupaten Pemalang memiliki posisi yang strategis, baik dari sisi perdagangan maupun pemerintahan. Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian Utara Kabupaten Pemalang merupakan daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1 – 5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6 – 15 m di atas permukaan laut dan bagian Selatan merupakan dataran tinggi dan pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16 – 925 m di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pemalang ini dilintasi dua buah sungai besar yaitu Sungai Waluh dan Sungai Comal yang menjadikan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah aliran sungai yang subur. Pembagian administratif Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 kecamatan , yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan . Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pemalang . Di samping Pemalang, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Comal, Petarukan, Ulujami, Randudongkal dan Moga. Kecamatan di Kabupaten Pemalang yaitu: 1 . Bodeh 2 . Ulujami 3 . Comal 4 . Ampelgading 5 . Petarukan 6 . Taman 7 . Pemalang 8 . Bantarbolang 9 . Randudongkal 10 . Warupring 11 . Moga 12 . Pulosari 13 . Watukumpul 14 . belik Kabupaten Pemalang kebanyakan merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur dalam bahasa Jawa dialek Tegal , sedangkan di bagian timur seperti di Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa Jawa dialek Pekalongan . [ sunting ] Industri Rumah Tangga Sapu glagah dari Majalangu Kerajinan kulit ular di Comal ATBM di Wanarejan Konveksi di Ulujami Rupa-rupa Makanan khas Pemalang antara lain nasi grombyang lontong dekem , sate loso , tauto , kamir dan apem comal . Makanan yang terkenal adalah kepiting dan rajungan asam manis. Obyek wisata yang terkenal adalah Pantai Blendung Water Boom di Pantai Widuri , dan Cempaka Wulung dataran tinggi Moga Kesenian dan kebudayaan yang terkenal Baritan , Kuntulan dan Sintren.